DEMA FEBI-Diskriminasi gender atau biasa kita sebut dengan budaya patriarki bukan hanya mengkonstruk laki-laki untuk menindas perempuan. Melainkan, perempuan juga diseret masuk dalam perangkap budaya patriarki, memperpanjang penindasan terhadap perempuan itu sendiri.
Penindasan kepada perempuan yang sampai hari ini masih berlangsung tanpa ada jeda dan seolah tiada henti adalah akibat dari perangkap budaya patriarki yang memenjara perempuan maupun laki-laki dalam kesadaran sosial yang palsu.
Penindasan perempuan sangatlah beragam, salah satunya menjadikan perempuan sebagai lahan bisnis, komersialisasi perempuan.
Komersialisasi dapat dimaknai sebagai pemanfaatan perempuan menjadi lahan bisnis yang menghasilkan keuntungan.
Komersialisasi perempuan ini sangat merugikan perempuan, perempuan yang seharusnya memiliki harga diri tinggi justru dinilai dengan uang, dijadikan alat pengepul rupiah.
Sayangnya, perilaku buruk komersialisasi perempuan ini menjadi lumrah saja, baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan.
Untuk keluar dari ini tentu perempuan harus mampu menempatkan diri dalam tatanan kehidupan sosial, dengan menghargai diri sendiri. Jika perempuan belum mampu menghargai dirinya sendiri maka mustahil laki-laki bisa menghargainya.
Salah satu yang harus dipahami oleh perempuan adalah terkait watak, karena akan memiliki implikasi terhadap perilaku yang dinilai oleh orang lain.
Watak matre harus perempuan hilangkan, watak matre ini adalah watak yang beranggapan bahwa dalam menjalani hubungan harus realistis yaitu harus uang untuk menjalani hubungan.
Aspek uang bukan lagi keperluan tapi keharusan. Matre dalam hal ini berarti mengejar sesuatu karena uang, bukan karna keikhlasan atau karna cinta.
Uang memang menjadi kebutuhan pokok manusia, akan tetapi bukan uanglah yang kemudian menjadi pokok untuk menjalani hubungan.
Menurut pandangan saya, perempuan berwatak matre adalah perempuan yang tidak bisa menghargai dirinya sendiri. Karena bisa didapat dengan sejumlah uang, atau sejumlah harta.
Dengan watak ini, perempuan sebenarnya telah mengamini komersialisasi perempuan, menjadikan diri sebagai lahan bisnis. Berpikiran bahwa kebahagiaan adalah uang merupakan salah satu jebakan komersialisasi.
Harga diri perempuan itu sangat tinggi, jika bisa dihargai dengan uang maka jatuhlah harganya.
Menjaga harga diri adalah jalan untuk menghentikan komersialisasi perempuan, salah satu jalannya adalah berhenti menjadi matre.
*Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Semester VI.