Ulil Albab atau cendekiawan atau intelektual dituntut untuk meningkatkan perannya agar daya saing Muslim bertambah besar di berbagai kehidupan. Karena itu, membumikan nilai-nilai Ulil Albab dalam pendidikan menjadi suatu keharusan agar tercipta banyak intelektual Muslim.
Demikian diungkapkan Edi Safitri MSI, Direktur Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia (UII) pada Seminar Moderasi Islam dengan tema ‘Memaknai dan Membumikan Konsep Ulil Albab di Indonesia’ di Kampus UII Yogyakarta, Selasa (30/10/2018). Seminar menampilkan pembicara Fathul Wahid, ST MSc, PhD, Rektor UII; Kyai Nur Kholik Ridwan, Member of Qodiriyah-Naqsyabandiyah; Dr Moch Nur Ichwan MA, Wakil Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga; Dr Supriyanto Pasir SAg, MAg, dosen Pendidikan Agama Islam FIAI UII.
Umat Islam sedang mengalami kemunduran di berbagai kehidupan. Salah satunya, di bidang Sains, 41 persen negara mayoritas Muslim hanya memberi kontribusi perkembangan sains hanya sebesar 5 persen. Sedang negara non Muslim yang hanya 1 persen dari populasi dunia dapat menyumbangkan perkembangan sains sebesar 16 persen.
Ini sekaligus menjadi fakta bahwa islam menjadi bagian yang tersubordinasi dalam arus persaingan global. Negara ketiga, seperti indonedia belakangan hanya menjadi budak-budak atau kacung untuk memperkuat dominasi negara maju. Ini berangkat dari kualitas ilmu pengetahuan di negara kita yang lajunya tidak signifikan kalau tidak dibilang cenderung mengalami stagnasi.
Maka karakter ulul albab adalah sebuah keharusan yang menginheren kedalam sebuah sikap dan tindakan manusia, karakter ulul albab tersebut akan menuntun manusia mengambil sebuah tindakan dengan mengorentasikan semata karena Allah SWT.Sementara jalan yang di ridohi, adalah setiap tindakan yang akan mendatangkan kemaslahatan bagi setiap makhluk yang berada di muka bumi, bukan untuk kepentingan ambisi pemuas nafsu semata, seperti disebutkan dalam QS. Almaidah ayat 8 bahwa adil lebih dekat dengan taqwa.
Kecintaan akan ilmu pengetahuam dan bentuk kecintaan akan penghayatan spiritual akan mengarahkan manusia kejalan yang benar. Akan sendirinya menuntun untuk menciptakan keadilan. Akan berbeda seandaninya manusia tidak mengagungkan ilmu, maka akan menjadikan kondisi strategis semata untuk melanggengkan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang banyak.
Akar dari ketidak adilan sebenarnya adalah mereka yang mengisi penentu kebijakan publik. Dia berada di atas kuasa untuk menentukan kebijakan harus di orentasikan kemana. Sementara dalam sejarah panjang letimigasi kuasa dari rakyat sebagai pemangku amanah untuk.menentukan kebijakan yang adil kerap disalahgunakan.
Maka penyalahgunaan untuk kepentingan pribadi otomatis akan melenyapkan hak orang lain dan akan melahirkan kekacauan atau Cheos. Secara sederhana pembenahan awal dilakukan untuk para pemangku kebijakan, dalam segi prosedur pemilihan prasyarat pemilihannya.
Ulil Albab pun banyak disebut dalam ayat-ayat Alquran. Di antaranya, dalam surat Al Baqarah ayat 269, Ulil Albab merupakan sosok berakal yang dikaruniai Allah SWT berupa al-hikmah atau kemampuan memahami perintah dan larangan Allah. Surat Al Imron ayat 7, Ulil Albab adalah orang yang mendalam ilmunya sehingga mampu memahami setiap ayat Alquran yang dibacanya. Selanjutnya, hasil bacaan mendorongnya mengimani ayat-ayat yang mutasyabihat.
Maka sikap tersebut harus menjadi pegangan dalam menentukan kebijakan maupun kontrak sosial agar meminimalisir ketidak adilan. Ulil Albab bisa menjadi nafas moderasi Islam yang bersumber pada Alquran dan diharapkan dapat menjadi solusi riil atas permasalahan yang dihadapi umat Islam.