Setiap tanggal 25 November berdasarkan Keputusan Presiden No 78 tahun 1997 Indonesia memperingati hari guru nasional. Tujuan di peringatinya hari guru adalah untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada para guru yang telah berjasa dalam membimbing dan mendidik. Hari guru nasional diperingati dengan berbagi macam cara oleh masyarakat, misalnya dengan melaksanakan upacara hari guru nasional, memasang twibbon atau mengupload pamflet ucapan selamat memperingati hari guru nasional di media sosial. Tema hari guru pada tahun ini adalah “Bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan”.
Profesi keguruan dapat diartikan sebagai suatu profesi atau keahlian yang dimiliki seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingannya kepada peserta didik. Guru merupakan orang yang begitu berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuannya karena keberhasilan tersebut tergantung pada ilmu dan bimbingan yang diperoleh. Sementara keberhasilan peserta didik merupakan determinan dalam mewujudkan tujuan mulia mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Fungsi produksi pendidikan sama halnya dengan funsi pruduksi produk lain dimana inputya (independen) mempengaruhi output (Dependen). Artinya bahwa kualitas peserta didik sebagai output sangat dipengaruhi oleh kualitas input, mecakup guru yang tentu mengambil peran penting dalam proses pendidikan. Oleh karenanya kualitas guru merupakan hal yang tak dapat diabaikan di tengah proses pemulihan pendidikan yang sekarang sedang sakit. Urgensi perhatian terhadap kualitas guru di buktikan oleh hasil uji kompetensi guru dari tahun 2012 sampai tahun 2015, dimana 81% guru di Indonesia nilainya tidak mencapai batas minimum. Tak heran kalau menurut survei dari PECR, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12 negara di Asia (kastara.id).
Seharusnya peringatan hari guru ini menjadi momentum untuk merefleksi setiap hal tentang guru. Karena satu-satunya tanggapan yang masuk akal terhadap pentingnya guru adalah dengan memahami sedapat mungkin dan bersikap kritis terhadapnya. Kalau tidak, kita hanya akan menjadi korban fasis yang tak punya kontribusi. Salah satu slogan filosofis yang sangat terkenal ialah “hidup yang tidak teruji adalah tidak layak dihayati”. Slogan ini hanyalah undangan untuk bersikap refleksi supaya kita dapat bersikap kritis. Bersikap kritis merupakan cara untuk menunjukkan rasa terima kasih.
Penulis : Tamrin (Mahasiswa Ilmu Ekonomi)